Kemarin, saya
melanggar janji kepada diri sendiri untuk tidak lagi menonton film romansa.
Karena saya libur di rumah setelah UN, ibu saya menagih janji saya untuk
menonton film bareng. Saya belum sempat menambah pembendaharaan koleksi film.
Satu-satunya film yang belum ditonton dari laptop saya adalah film Thailand
yang berjudul Crazy Little Thing Called Love. Sudah pada tahu semua kan film
ini. Resensi dan review film yang dirilis tahun lalu bertebaran dimana-mana.
Yang akan saya ulas adalah rasa mual yang saya alami setelah menonton film itu
hingga hari ini. Bahkan sama mualnya dengan saya nonton film pembantaian. Kok
bisa? Film romansa itu bagai membantai hati saya.
Film ini, saya hide di
laptop saya, agar adik saya yang menginjak 15 tahun tidak galau setelah
menonton film. Saya kerap kali menertawakan orang-orang yang jadi galau setelah
menonton film romansa. Dan saya selalu menghindari film romansa. Kelihatan kan,
bahwa saya itu pengecut. Saya tidak tahu apa yang menyebabkan saya ikut
menonton lagi film itu bersama ibu saya. Mungkin karena ketika saya nonton
bareng teman-teman, saya tidak menonton sampai beres. Jadi wajar kan saya
menertawakan mereka karena saya tidak tahu apa yang membuat mereka galau
seperti itu. Dan kemarin, saya menemukan jawabannya.
Entah sama atau tidak
dengan orang lain, tapi hal yang menyesakkan dada adalah saat adegan P’Shone
membuka album fotonya yang semua isinya foto Nam, sejak ia adalah seorang black
swan sampai menjadi princess. Dan P’Shone tidak berani jujur untuk mengatakan
bahwa bunga mawar putih yang diberikannya ke Nam di hari Valentine adalah bunga
yang ia tanam sendiri dengan cinta. Ada yang ingat adegan ini?
Adegan itu membantai
hati saya. Andai ibu saya sadar mengapa saya menjadi pendiam setelah menonton
film itu. Alih-alih menjadi Nam, sayalah si P’Shone, pengagum rahasia yang
pengecut. Saya belum menemukan si Nam, atau P’Shone saya. Pantas teman-teman
saya ngimpi untuk punya kisah cinta seperti Nam dan P’Shone.
Hmmm....drama
percintaan saya sangatlah tidak mulus. Kata seorang ahli, ketika menerawang
saya, mengatakan bahwa saya punya kekuatan yang membuat orang segan dan tidak
pandang usia. Bahkan ahli itu sendiri mengatakan bahwa karena kekuatan saya, ia
harus berhati-hati memilih kata ketika berhadapan dengan saya. “Laki-laki pun,
meski dia naksir anda, mundur karena segan”, ujar beliau. Deg! Saya paling
tidak suka kalau membahas hal seperti ini. Atau harus mengakui bahwa laki-laki
pun takut dengan saya. Demi apapun, mendengar penuturan beliau membuat sempat membuat
saya tidak bersyukur dan ingin melepaskan kekuatan saya, atau apapun namanya,
yang menyebabkan laki-laki takut kepada saya. Secara fitrah, i want to be
loved, secara terang-terangan. Tidak diam-diam apalagi pakai segan. Seakan
membaca pikiran saya, ahli itu mengatakan, “Jangan takut. Kekuatan itu
membuatmu tidak dilecehkan orang. Berdo’a aja moga nanti dapat pasangan dengan
kekuatan yang sama. Kalau kamu dengan orang yang biasa-biasa saja, nanti
kekuatan kamu hilang”. Saya menjadi bersyukur dengan kekuatan saya, yang
membuat orang tidak berani melecehkan saya hingga hari ini. Apa ini berarti
saya harus mencari cowok yang disegani cewek? Hingga hari ini, saya belum
menemukannya.