Kata Orang, Wajahku Wajah Solo



Pada hari Senin, 30 Januari 2012, siang itu pelajaran Agama, aku menatap papan tulis. Memastikan bahwa aku telah mencatat semuanya. Tiba-tiba, guru Agama yang sedari tadi berdiri di depanku, menoleh kepadaku.
                “Turunan dari mana, neng?”, tanya beliau yang kujawab dengan wajah kaget dan bingung.
                “Dari Jawa kan? Dari Solo kan?”, tanya beliau memastikan. Aku bingung kenapa tiba-tiba beliau bertanya demikian. Saking bingungnya harus menjawab apa, aku mengangguk saja. Guruku manggut-manggut.
                “Pantes. Keliatan dari wajahnya”, ujar beliau. Aku melongo. Perasaan aku dari Cirebon. Solo darimananya?
                Percakapan itu kulupakan hingga saat aku makan siang berdua dengan ibuku. Membahas silsilah keluarga adalah favorit kami.
                “Mih, kenapa aku ga pake marga?”, tanyaku. Rasanya keren kalau kita punya nama marga. Dari situ, kita bisa mengenal leluhur kita.
                “Soalnya bapak kakekmu menikah dengan orang biasa. Bukan dengan orang istana. Jadi nama marganya berakhir di anak laki-laki mereka”, jelas ibuku. Salah satunya adalah kakekku.
                “Oh, ningrat toh?”, tanyaku. Aku baru mendengar bahwa buyutku adalah orang istana.
                “Iya. Ningrat dari Surakarta”, mendengar jawaban ini, aku bengong.
                “Surakarta tuh Solo kan?”, tanyaku memastikan. Ibuku mengangguk.
                “Oh, pantesan,” kata-kata guru Agama-ku hari itu terngiang kembali. Beliau sudah tahu bahwa aku keturunan Solo bahkan sebelum aku tahu? Beliau tahu hanya karena wajahku? Tadinya aku merasa bersalah sudah membohongi beliau dengan mengangguk saat dibilang orang Solo. Tapi ternyata memang itu adanya.
                Di daerah Sunda, wajah perempuan Jawa punya khas tersendiri. Mutiara hitam di tumpukan mutiara putih. Alias hitam manis. Alis mata yang tebal dan tatapan mata yang tajam biasanya jadi ciri khas-nya. Apalagi pas ngomong sunda pake medok jawa. Wuih, malu tenan aku. Lucu kata mereka. 
                Kesimpulan tadi membuatku ingin main ke Jawa. Apalagi ke Solo. Istilahnya ke kampung halaman.......buyutku. Masa’ aku belum pernah kesana? Memang begitu adanya. Bukan berarti aku ingin melanjutkan studi disana. Aku hanya ingin tahu. Wajah Solo itu seperti apa. Sebenarnya punya gambaran sih. Waktu school trip ke Jogja, wajah perempuannya sebelas duabelas denganku. Suasananya, wuih, berasa di rumah.  Apalagi denger mereka ngomong. Aku ngerti meski ga bisa jawab apa yang mereka tanyakan dalam bahasa Jawa. Tau dirilah bahasa daerah-ku kurang halus secara aku ga make sehari-hari. Aku belum bisa kromo inggil. Habis aku toh kalau asal ngomong? 
                Ya Allah, aku pengen ke Solo bulan Juni ini! Amiin

p.s : Yang mudik kesana, ada yang mau ngasih tumpangan? xD #kode

Cianjur, 4 Februari 2012
20.26

Leave a Reply