Archive for 2012

Gaya Gue : Ngedit!


                Tulisan sebelum mengakhiri malam. Semacam jurnal. Pernahkah kamu memperhatikan waktu yang tertera di bawah posting. Selalu malam. Pikiranku selalu segar untuk menulis jurnal pada jam segitu. Tapi tidak untuk membuka buku pelajaran.
                Setelah menghabiskan malam dengan mengencani laptop, aku baru ingat hal yang harus kulakukan : mengedit naskah drama B.Inggris. Setelah tiga minggu tanpa ide dariku, temanku berinisiatif memberikan naskah Bawang Merah Bawang Putih. Mentah, tinggal diolah. Meski awalnya aku menolak karena itu ide, semua orang sudah taulah cerita Bawang Merah Bawang Putih, tapi hingga detik ini tidak terlintas ide yang lebih baik dan  brilian daripada ini. Kalau ada cerita edit naskah segala macam, pasti diserahkan kepadaku. Daripada dikatakan sebagai pemimpin atau penggagas ide, aku lebih tepat dikatakan sebagai editor. Dan itulah keahlianku yang sudah disadari lebih dulu oleh kawan-kawanku.
                Daripada ribut cari ide mentah, aku lebih suka menggarapnya. Mereka bilang aku ga inisiatif. Tapi siapa yang pada akhirnya menyelesaikannya? AKU! Untuk ide cerita pun harus dari orang lain. Aku sendiri tidak kepikiran ide seperti itu. Apakah itu salah?  Menurutku tidak. Kita ini saling melengkapi. Carikan ide, aku yang akan mengolahkan, dan kamu yang menyebarkannya. Cukup. Jangan suruh aku mikir. Biarkan aku masuk ke idemu. Aku ini buta kalau cari ide, bagai mencari harta karun di tanah tandus. Sekalinya menemukan lubang pertanda harta karun, akan kugali sampai titik terdalam.
                Katanya, tukang edit tuh ga kreatif. Yang lebih kreatif itu tukang cari ide. Hah, katanya tuh kata siapa? Kalau ga ada tukang edit, ide dia tuh bakal mentah! Ide dia ga bakal terealisasi tanpa tukang edit. Dan semua orang punya job desc masing-masing kan? Meski harus lebih dari job desc, job desc apapun tidak main-main. 

My Hottest Story


Damn, i’m getting crazy about 2PM!
                  Oh my god, they are so fine!
                Harus kuakui, aku tengah menggilai musik beastly boyband satu ini. Beberapa hari ini aku tidak bisa berhenti mendengarkan lagu-lagu mereka. Malah ketagihan dan ingin lebih tahu tentang mereka.
                Who are they? They are 2PM.
                Ah, rasanya aku ingin berbagi cerita bagaimana pandanganku terhadap 2PM pada awalnya dan pada akhirnya, hari ini, aku merasa bahwa aku mulai menjadi seorang Hottest!
                Aku mengenal 2PM dari Open Happiness – Coca Cola CF. Aku belum curious dengan mereka saat itu. Menganggap mereka angin lalu. Siapa sih mereka? Baru terkenal aja udah banyak gaya, begitu pikirku saat aku masih membandingkan dengan boyband lain yang saat itu sudah punya nama. Beberapa bulan setelah itu, temanku bercerita bahwa ia kesal karena tidak mendapat izin menonton konser 2PM di Jakarta padahal ia pengen banget liat Nickhun. Nah, saat itu personel pertama 2PM yang aku tahu wajahnya ya Thai Prince itu. Saat itu aku masih mikir, apa bagusnya sih mereka? Setelah itu, 2PM kulupakan.
                Setelahnya, aku meminjam kaset drama Dream High. Aku baru tahu kalau dua cast utamanya, Taecyeon dan Wooyoung adalah personel 2PM. Di drama itu aku lebih suka Wooyoung daripada Taecyeon. Jason keren mampus disitu! Disitu aku suka sama mereka tanpa bawa-bawa nama 2PM. Karena aku ngomongin mereka mulu, temenku ngasih MV Cabi Song. Dan itu malah bikin aku ilfeel sama 2PM! Tuh boyband maunya apa sih buka-bukaan? Apalagi Taecyeon. Badannya keker gitu bo! Aku sampai ngeri. Disitu aku ga suka sama 2PM. Makanya aku heran kalau banyak yang muji 2PM di forum-forum. Temenku yang cerita tentang Jaebeom aja saat itu aku anggap ga penting.
                2PM mulai populer saat comeback dengan lagu Hands Up. Aku malah benci banget setelah liat MV-nya. Apaan tuh lagu? Ngedugem aja! Kok orang pada suka lagu itu ya? Ketidaksukaanku terhadap 2PM kayaknya lebih parah dibanding kepada boyband lain.
Siapa sangka kalau aku jatuh hati justru di lagu Jepang mereka, I’m Your Man? Sekalinya aku jatuh hati sama 2PM ya pas liat MV itu. Kesan pertama aku liat MV itu : Wah, keren MV-nya! Necktie dance mereka bikin aku ga bisa berkedip. Jadilah MV itu sebagai MV 2PM pertama yang kusimpan di laptop aku. Lagunya yang menurutku catchy membuatku menonton berulang-ulang. Ada dua hal yang bikin aku ga bisa berhenti nonton MV itu. Chansung’s part yang kata aku “unik” :
Ima wa kanashikute
Yarikirenai toshitemo
Boku ga soba ni ite sasaeruyo
Anata o shinjiteru.
Yang aku bold adalah favorit aku. Suaranya sengau! Dan dia keliatan cakep banget waktu lagi meluk cewek di MV. Satu hal lagi yang membuatku terbius oleh MV I’m Your Man adalah sosok Junsu. Di 01:41 Junsu maju dari belakang Taecyon, dan saat itu aku baru menyadari keberadaannya. Sosoknya di mobil yang kelihatan damn cool! Dan matanya itu, sumpah cakep! Apalagi pas dia nyanyi sambil necktie dance. Baru sadar kalau dia dapat part paling banyak di lagu itu.
That’s all from I’m Your Man. Karena aku dapat MV yang ada logo MTV Zufhes dengan kualitas yang tidak terlalu bagus dan membuat mataku cepat lelah, aku mencari versi official HD di Youtube. Aku bingung karena tidak ada di list. Iseng, aku mem-play MV Hot sambil membuka tab lain, jadi saat itu aku tidak menonton videonya. Intro dan rap-nya kok enak banget? Maka aku mereplay sambil menonton video itu. Ternyata itu adalah soundtrack sebuah film thriller, yang belakangan kutahu berjudul Blind (Beuraindeu). Beat-nya oke. Masuk lagu langsung ketemu rap-nya Taecyon, dilanjut dengan suara Nickhun-Wooyoung dan chorus oleh Junho-Junsu yang merupakan favorit kedua setelah rap-nya Chansung yang penasaran untuk kutaklukan. Apalagi videonya yang oke karena secara film thriller adalah genre favoritku. Apalagi di awal ada kalimat “This is Jun.K and 2PM”. Tahulah aku kalau dia adalah komposer lagu ini. Sebelumnya aku udah naksir sama yang namanya Jun.K di lagu Kajima yang merupakan soundtrack Dream High. Klepek-klepek aku dibuatnya saat tahu lagu yang dia ciptakan adalah favoritku. Rasanya kalau denger lagu Hot pengen lari saking beatfulnya lagu itu.
Sambil mendengarkan Hot, aku merapikan Korean Music Library di laptopku. Penasaran dengan lagu Take Off – 2PM, aku play saat itu. Dari dulu dikasih oleh temanku tapi belum pernah sekalipun mendengarnya. Terlanjur ga suka dengan 2PM saat itu.  Ga pake intro lama, suara Junho langsung menyapa dilanjut dengan suara Wooyoung. Entah bagaimana menjelaskan backsound lagu ini. Dan aku lebih dari mampu membedakan suara Chansung dibanding suara lain. Basic aku lagu Jepang, jadi kata orang aku lebih mending nyanyi lagu Jepang dibanding lagu Korea. Lagi-lagi part-nya Chansung yang bikin aku pengen dengerin lagu ini berulang-ulang. Sama part bridge-nya Junho. Dan aku lebih suka sama lagu ini dan 2PM saat tahu kalau lagu ini adalah soundtrack Ao No Exorcist.
Sejak hari itu hingga hari ini, lagu Hot, I’m Your Man, dan Take Off menjadi lagu tetap playlist-ku. Aku mencari tahu tentang 2PM. Dan merasa menyesal karena dulu tidak nonton 2PM. Aku juga jadi mencari banyak hal tentang Chansung karena kalau dengar suaranya atau melihatnya di MV bikin merinding. Dilihat-lihat, dia itu Hottest Magnae ever :D
Segala tentang 2PM kini menarik perhatianku. Sepertinya aku masuk ke dalam Hottest mode.

This is my hottest story. What’s your story, Hottest?
p.s : Minta rekomendasi lagu yang se-genre dengan lagu yang kusebut dong?
                

No Romance. No!


                Kemarin, saya melanggar janji kepada diri sendiri untuk tidak lagi menonton film romansa. Karena saya libur di rumah setelah UN, ibu saya menagih janji saya untuk menonton film bareng. Saya belum sempat menambah pembendaharaan koleksi film. Satu-satunya film yang belum ditonton dari laptop saya adalah film Thailand yang berjudul Crazy Little Thing Called Love. Sudah pada tahu semua kan film ini. Resensi dan review film yang dirilis tahun lalu bertebaran dimana-mana. Yang akan saya ulas adalah rasa mual yang saya alami setelah menonton film itu hingga hari ini. Bahkan sama mualnya dengan saya nonton film pembantaian. Kok bisa? Film romansa itu bagai membantai hati saya.
                Film ini, saya hide di laptop saya, agar adik saya yang menginjak 15 tahun tidak galau setelah menonton film. Saya kerap kali menertawakan orang-orang yang jadi galau setelah menonton film romansa. Dan saya selalu menghindari film romansa. Kelihatan kan, bahwa saya itu pengecut. Saya tidak tahu apa yang menyebabkan saya ikut menonton lagi film itu bersama ibu saya. Mungkin karena ketika saya nonton bareng teman-teman, saya tidak menonton sampai beres. Jadi wajar kan saya menertawakan mereka karena saya tidak tahu apa yang membuat mereka galau seperti itu. Dan kemarin, saya menemukan jawabannya.
                Entah sama atau tidak dengan orang lain, tapi hal yang menyesakkan dada adalah saat adegan P’Shone membuka album fotonya yang semua isinya foto Nam, sejak ia adalah seorang black swan sampai menjadi princess. Dan P’Shone tidak berani jujur untuk mengatakan bahwa bunga mawar putih yang diberikannya ke Nam di hari Valentine adalah bunga yang ia tanam sendiri dengan cinta. Ada yang ingat adegan ini?
                Adegan itu membantai hati saya. Andai ibu saya sadar mengapa saya menjadi pendiam setelah menonton film itu. Alih-alih menjadi Nam, sayalah si P’Shone, pengagum rahasia yang pengecut. Saya belum menemukan si Nam, atau P’Shone saya. Pantas teman-teman saya ngimpi untuk punya kisah cinta seperti Nam dan P’Shone.
                Hmmm....drama percintaan saya sangatlah tidak mulus. Kata seorang ahli, ketika menerawang saya, mengatakan bahwa saya punya kekuatan yang membuat orang segan dan tidak pandang usia. Bahkan ahli itu sendiri mengatakan bahwa karena kekuatan saya, ia harus berhati-hati memilih kata ketika berhadapan dengan saya. “Laki-laki pun, meski dia naksir anda, mundur karena segan”, ujar beliau. Deg! Saya paling tidak suka kalau membahas hal seperti ini. Atau harus mengakui bahwa laki-laki pun takut dengan saya. Demi apapun, mendengar penuturan beliau membuat sempat membuat saya tidak bersyukur dan ingin melepaskan kekuatan saya, atau apapun namanya, yang menyebabkan laki-laki takut kepada saya. Secara fitrah, i want to be loved, secara terang-terangan. Tidak diam-diam apalagi pakai segan. Seakan membaca pikiran saya, ahli itu mengatakan, “Jangan takut. Kekuatan itu membuatmu tidak dilecehkan orang. Berdo’a aja moga nanti dapat pasangan dengan kekuatan yang sama. Kalau kamu dengan orang yang biasa-biasa saja, nanti kekuatan kamu hilang”. Saya menjadi bersyukur dengan kekuatan saya, yang membuat orang tidak berani melecehkan saya hingga hari ini. Apa ini berarti saya harus mencari cowok yang disegani cewek? Hingga hari ini, saya belum menemukannya.
                Aih, kenapa saya mendadak selemah ini? Bukankah romansa seperti CLTCL itu skenario manusia. Sedangkan romansaku? Tuhanku Maha Baik mau menyiapkan romansa spesial, sespesial diriku. 

Get Books With Less Money Spended


Ya, ini adalah satu dari sekian juta obsesi besarku. Sebenarnya karena hobiku membaca (dan membeli) novel tidak didukung oleh ibuku. Alasan  beliau : buang-buang duit, ujung-ujungnya cuma numpuk di lemari. Nyatanya memang begitu. Tapi bagi pecinta novel, tidak bisa membeli novel saat berkunjung ke toko buku adalah siksaan batin. Dalam hal ini pecinta novel yang belum memiliki penghasilan sendiri dan umumnya berstatus pelajar atau mahasiswa. Atas dasar itu, aku memutar otak untuk tetap mendapatkan buku tanpa harus mengeluarkan (banyak) uang atau jadi pajangan di lemari.

1. Meminjam atau menyewa. Ini salah satu langkah pertama untuk memuaskan dahaga pecinta buku dengan kantong kering. Banyak manfaatnya dari meminjam buku : tidak mengeluarkan biaya dan mempererat persahabatan. Seperti itulah yang kurasakan. Kalau menyewa buku memang harus mengeluarkan sedikit kocek. Biasanya biaya sewa adalah 10% dari harga buku. Ini adalah keuntungan tersendiri jika ternyata semua teman kita tidak memilki buku yang kita cari. Atau bagi mereka yang individualis yang merasa lebih nyaman menyewa dibandingkan meminjam. Seringkali penyewaan buku memiliki judul buku yang variatif. Hanya saja, hal ini akan menjadi sulit jika kita tidak memiliki teman yang mengoleksi buku atau jauh dari penyewaan buku. Belum lagi sewa buku mengenal sistem denda jika telat mengembalikan.

2. Mengikuti undian buku. Jika kamu aktif di social networking, entah facebook atau twitter, maka akan mudah menemukan undian buku dari akun penerbit atau  akun yang berkaitan dengan buku. Sebut saja @klubbuku, @gagasmedia, @bentangpustaka. Dalam waktu yang tidak tentu, mereka kerapkali bagi-bagi novel gratis dengan mengikuti kuis kecil-kecilan. Untung-untungan memang. Tapi tidak ada salahnya dicoba. Dan menurutku, undian buku ini tidak termasuk undian yang diharamkan. Sama halnya dengan kita mengikuti lomba cerdas cermat. Yang tercepat dan yang terbaik akan mendapat hadiah. Dan pengalamanku, memenangkan undian buku bagaikan mendapat durian jatuh.

3. Barter buku. Ini mirip dengan sistem meminjam. Bedanya, kita menukar buku A karena ingin mendapatkan buku B. Sistem ini seringkali digunakan oleh pecinta buku di forum internet untuk memperkaya bacaan mereka. Di Twitter, akun @klubbuku memfasilitasi followers untuk barter buku dengan hashtag #barterbuku. Dalam sistem barter, ada yang disebut barter sementara : mengembalikan buku lagi setelah baca dalam jangka waktu tertentu. Atau barter permanen : buku barteran akan menjadi milik kita. Dan itu tergantung kesepakatan masing-masing. Kelebihan sistem ini adalah kita dapat mendapat buku yang diinginkan tanpa merasa dipersulit oleh jarak. Misalnya, aku yang ada di Bandung punya buku A dan ingin buku B yang sulit ditemui di pasaran. Kamu ada di kota Semarang punya buku B dan berminat dengan buku A. Maka bertemulah kita di forum barter buku dan mengadakan perjanjian. Paling tidak kita hanya mengeluarkan kocek untuk ongkos kirim. Untuk melengkapi koleksi, tidak memiliki teman yang mempunyai buku yang dicari, jauh dari penyewaan buku, mencari buku yang sulit ditemui di pasaran, atau justru ingin “membersihkan” lemari buku, barter buku bisa menjadi pilihan.

4. Menulis resensi buku. Ini penting dan essensial. Cara mendapatkan buku tanpa uang berarti buku itu tidak akan menjadi milik kita yang tidak bisa kita baca lain kali. Resensi buku setidaknya sebagai jurnal buku apa saja yang telah kita baca. Kalau sekedar hafal judul, mungkin kita lupa ceritanya. Kini banyak bagi-bagi buku gratis dengan meresensi buku dari penerbit tertentu.

5. Bazar buku atau event buku. Jika kamu tinggal di kota besar, pasang mata terhadap pengumuman bazar buku. Di bazar buku, jika kita jeli, kita dapat menemukan buku bagus dengan harga miring. Terkadang toko buku juga memberikan penawaran atau promo dalam rangka tertentu. Seperti salah satu toko buku mengadakan bagi-bagi buku gratis setiap hari selama seminggu awal Januari 2012 dengan judul buku yang berbeda setiap harinya. Komunitas pecinta buku mungkin punya acara sendiri, seperti barter buku, dll.

Ini salah sekian dari tips mendapatkan buku dengan (nyaris) tanpa uang. Ada yang berkenan menambahkan?

Saturday, 07.01.12. 2.50 pm.   

Nyontek. Emang Kenapa?




Mumpung lagi musim ujian. Apalagi saya baru saja menghadapi Ujian Nasional. Ga asing lah dengar kata nyontek kalau lagi masa ujian. Dari cara konvensional sampai cara modern sudah menjadi rahasia umum. Saya sendiri sebagai “pelaku” kadang-kadang tercengang dengan teknik mencontek yang makin kreatif tiap tahun. Sudah tidak umum nulis kunci jawaban di meja. Yang sekarang ngetrend adalah menyelipkan secarik kertas kecil berisi kunci jawaban di lubang di balik ujung bawah seragam, menuliskan kode di pergelangan tangan, bahkan dengan menuliskan kode di depan papan tulis bersama dengan gambar-gambar abstrak lain, tentu dengan kode yang hanya telah diketahui oleh anak-anak sekelas. Dan kunci jawaban sudah tersebar malam sebelumnya. Terkadang memang ada oknum pengajar yang menyebarkannya atau memang anak-anak mengubek-ngubeknya. Meski seringkali mendapat kunci jawaban yang salah, anak-anak tetap tidak kapok menggunakannya karena memang ada kalanya kunci itu benar. Menjadi idealis, jika anda tidak jenius, maka siap-siap saja gali kuburan sendiri. Bahkan dibacakannya tata tertib ujian dan adanya pengawas tidak berarti apa-apa bagi praktik percontekan ini. Kami hanya mampu tertawa geli saat teks ujian bahasa Inggris menjelaskan kerugian mencontek.

Well, saya tidak akan munafik. Kita akui saja bahwa menyontek bukan melulu kesalahan siswa. Sadarkan para pendidik bahwa tidak akan ada asap jika tidak api? Tidak akan ada praktik menyontek jika tidak ada sistem yang memaksa demikian? Meski anda berulang kali mengatakan bahwa anda lebih senang melihat nilai jujur, tetap saja anda mengomel saat ada siswa yang harus mengikuti remedial pelajaran anda. Seringkali siswa yang tidak lulus karena mereka tidak mencontek. Dan kejujuran mereka dihadiahi omelan anda? Dan jika dikatakan ini untuk menguji kemampuan individu, maka tidak fair. Seperti yang dikatakan di atas, apalah arti kejujuran jika anda para pendidik tidak menghargainya? Saya lebih menyukai ujian praktek dibanding ujian tertulis seperti ini. Di tes satu-persatu itu fair, sesuai kemampuan. Dan sejelek-jeleknya kemampuan di ujian praktek, tidak ada yang namanya remedial. Ada cerita nyontek di ujian praktek? Tentu tidak ada. Karena tidak ada yang merasa terbebani.

Pada dasarnya kita ini makhluk sosial. Bolehlah kami tidak “sosial” di kehidupan sehari-hari tapi kami kompak “sosial” di saat ujian. Kenapa tidak memanfaatkan “kesosialan” kami untuk ujian berbentuk teamwork? Bagi kami, ujian adalah teamwork, tidak peduli bentuknya apapun. Bahkan dalam menyontek ini, kami merasakan "kebersamaan", merasa lebih bersama karena senasib sepenanggungan dan ingin sukses bersama. 

Kalau anda, para pendidik, tidak ingin ada cerita siswa anda menyontek, maka hapus sistem ujian tertulis. Kalau tidak, buatlah ujian semudah mungkin. Bukan dimudahkan bobot soalnya seperti anak SMP. Tidak rugi kan jika anda memberi semacam kisi-kisi yang pasti keluar di soal? Para siswa dapat mempelajarinya dan mendapat nilai yang baik. Kalau siswa di remedial, anda yang akan repot. Kalau siswa nyontek, anda akan merasa gagal, dan anda memang gagal kalau siswa menyontek di pelajaran anda. Berarti anda tidak membekalinya dengan ilmu yang mumpuni yang membuat mereka percaya diri mengerjakan soal tersebut. Anda hanya menjejali mereka dengan teori tanpa memastikan bahwa mereka paham. Kenyataannya, banyak anak yang tidak menguasai materi pelajaran. Kalau anda menyalahkan jam pelajaran yang kurang lama, beri mereka kisi-kisi. Jika anda telah memberi mereka kisi-kisi, maka tidak ada alasan bagi kami untuk menyontek. Jika mereka tetap menyontek, berarti ada masalah di keinginan mereka untuk mempelajari kisi-kisi tersebut. 

Bagaimana dengan UN? Kisi-kisi telah diberikan tiap tahun bersama dengan isu kunci jawaban yang tersebar sebelum ujian? Wajar ada perasaan tegang. Bagi saya pribadi, saya tidak akan mempercayai jawaban UN yang bertebaran. Itu kembali dengan bagaimana para pendidik memantapkan siswa dengan acara pemantapan. Jika ingin menguji siswa, berilah contoh soal-soal yang satu tingkat lebih sulit dari yang akan disoalkan.

Ini hanya sebentuk suara hati seorang pelajar. Kalau anda, para pendidik, tidak ingin melihat kami menyontek, maka bangunlah kepercayaan diri kami. Jangan merasa anda telah melakukan yang terbaik jika kami masih menyontek jika mengerjakan soal darimu.

I’m cheating ‘cause you not teach me well. #Sikap. 

Laptop-ku Sayang, Laptop-ku Malang

Kangen kembali ngeblog. Sayang kali ini aku harus ngeblog dengan "kekurangan" :

1. Modem kuota 2 giga jebol sebelum akhir bulan. Masa tanggal 10 udah habis?? Emang tanggal 10 adikku gila-gilaan download video dota (aku sendiri ga ngerti maksudnya soalnya donlotan dia gagal karena habis kuota itu). Tapi aku akui itu juga kesalahanku selama 9 hari sebelumnya. Adikku cuma menghabiskan 500 mb. Berarti sisanya udah aku habiskan. Ibuku kecewa berat. Dan tidak mau mengisi ulang lagi meski aku merengek (baca : sekarang aku ngeblog di warnet -_-)

2. Usb port laptop-ku tidak berfungsi. Dalam arti tidak bisa dimasuki oleh usb dalam bentuk apapun. Itu sama aja mati. Buat apa aku ngetik cerita kalau ga bisa aku masukin ke fd? Dan modem juga ga bakal connect kan? Dikira karena virus, diinstal ulang laptopku. Ternyata tidak membuahkan hasil. Setelah nego dengan yang tukang service komputer tentang tukar tambah, aku bilang gini atas saran adikku, "kalau beli kabel LAN, harganya berapa?". Gimana ga keki tukang service itu. 4 juta jadi 2000 perak? Dulu aku pernah transfer data dari komputer ke laptop. Semoga sekarang bisa lagi. Kalau ga, masa aku harus bawa data pake CD? 

Tidak bersyukur hanya menimbulkan penyesalan di akhir cerita. Semoga Tuhan memberiku kesempatan kedua

Kata Orang, Wajahku Wajah Solo



Pada hari Senin, 30 Januari 2012, siang itu pelajaran Agama, aku menatap papan tulis. Memastikan bahwa aku telah mencatat semuanya. Tiba-tiba, guru Agama yang sedari tadi berdiri di depanku, menoleh kepadaku.
                “Turunan dari mana, neng?”, tanya beliau yang kujawab dengan wajah kaget dan bingung.
                “Dari Jawa kan? Dari Solo kan?”, tanya beliau memastikan. Aku bingung kenapa tiba-tiba beliau bertanya demikian. Saking bingungnya harus menjawab apa, aku mengangguk saja. Guruku manggut-manggut.
                “Pantes. Keliatan dari wajahnya”, ujar beliau. Aku melongo. Perasaan aku dari Cirebon. Solo darimananya?
                Percakapan itu kulupakan hingga saat aku makan siang berdua dengan ibuku. Membahas silsilah keluarga adalah favorit kami.
                “Mih, kenapa aku ga pake marga?”, tanyaku. Rasanya keren kalau kita punya nama marga. Dari situ, kita bisa mengenal leluhur kita.
                “Soalnya bapak kakekmu menikah dengan orang biasa. Bukan dengan orang istana. Jadi nama marganya berakhir di anak laki-laki mereka”, jelas ibuku. Salah satunya adalah kakekku.
                “Oh, ningrat toh?”, tanyaku. Aku baru mendengar bahwa buyutku adalah orang istana.
                “Iya. Ningrat dari Surakarta”, mendengar jawaban ini, aku bengong.
                “Surakarta tuh Solo kan?”, tanyaku memastikan. Ibuku mengangguk.
                “Oh, pantesan,” kata-kata guru Agama-ku hari itu terngiang kembali. Beliau sudah tahu bahwa aku keturunan Solo bahkan sebelum aku tahu? Beliau tahu hanya karena wajahku? Tadinya aku merasa bersalah sudah membohongi beliau dengan mengangguk saat dibilang orang Solo. Tapi ternyata memang itu adanya.
                Di daerah Sunda, wajah perempuan Jawa punya khas tersendiri. Mutiara hitam di tumpukan mutiara putih. Alias hitam manis. Alis mata yang tebal dan tatapan mata yang tajam biasanya jadi ciri khas-nya. Apalagi pas ngomong sunda pake medok jawa. Wuih, malu tenan aku. Lucu kata mereka. 
                Kesimpulan tadi membuatku ingin main ke Jawa. Apalagi ke Solo. Istilahnya ke kampung halaman.......buyutku. Masa’ aku belum pernah kesana? Memang begitu adanya. Bukan berarti aku ingin melanjutkan studi disana. Aku hanya ingin tahu. Wajah Solo itu seperti apa. Sebenarnya punya gambaran sih. Waktu school trip ke Jogja, wajah perempuannya sebelas duabelas denganku. Suasananya, wuih, berasa di rumah.  Apalagi denger mereka ngomong. Aku ngerti meski ga bisa jawab apa yang mereka tanyakan dalam bahasa Jawa. Tau dirilah bahasa daerah-ku kurang halus secara aku ga make sehari-hari. Aku belum bisa kromo inggil. Habis aku toh kalau asal ngomong? 
                Ya Allah, aku pengen ke Solo bulan Juni ini! Amiin

p.s : Yang mudik kesana, ada yang mau ngasih tumpangan? xD #kode

Cianjur, 4 Februari 2012
20.26

Episode Saltum

Well, ini semua bermula akibat pengumuman kemarin : "Besok TO di sekolah pakaian bebas, sopan, tidak bersendal, dan tidak menggunakan CELANA JEANS". It's Sunday and It's Freeday. Aku punya beberapa pilihan : 

1. Nekat tetap memakai celana jeans. Aku sih ga masalah. Tapi aku ga mau cari masalah. Dan aku ga punya jenis celana lain.
2. Pake rok. Ini bisa jadi alternatif. Tapi semua rok milikku sudah sempit sejak terakhir pakai dua tahun lalu. 
3. Pake gamis. Nah, inilah yang disarankan oleh ummi tercinta. Kau tahu apa jawabku, "Belum pede. Belum siap jadi sorotan banyak orang". 
4. Alternatif terakhir : pake celana olahraga. Ini saran teman aku. Akhirnya kita pake bertiga. 

And after all, it's suckest thing ever! Begitu nyampe sekolah, banyak kok anak-anak yang make celana jeans. Nyesel juga sih. Tapi aku coba buat pede. Anak-anak ga mempermasalahkan. Ternyata para guru yang mempermasalahkan. Dari yang nanya, "Kok pake celana olahraga?" sampai yang nyindir, "Habis lari darimana, neng?". Gue udah kehilangan muka. Saltum total. 

Ini bukan inti cerita. Intinya adalah saat aku melihat temanku (aku ga kenal) pake gamis. Seketika aku kagum dan iri. Campuran keduanya. Aku ingin pakai gamis. Liat dia pede bikin aku iri. Kenyataan, itu revolusioner. Banyak yang kutakutkan dari menggunakan gamis sehari-hari (yang dimaksud sehari-hari adalah termasuk mengenakannya saat acara sekolah. Bukan hanya acara non-sekolah saja). Dari menjadi sorotan orang hingga pengen lepas lagi. Ga mungkin kan hari ini aku pake gamis besok pake jeans lagi? Ga konsisten. Dan kalo udah pake gamis, ga mungkin kan aku karaoke-an, dance, atau ngomong kenceng? 

Ya, emang masalahnya ada di diri aku sendiri. Tapi sejak saltum tadi pagi, kok aku malah pengen pake gamis ya? Nyesel sih nolak saran ummi. Belum pernah aku merasa lebih tenang daripada pake gamis :( 

Move On!


Ada dua berita bahagia yang seharusnya sejak sebulan lalu aku beritahukan kepada khalayak. Apakah itu? Jreng jreng jreng jreng! 

Yang pertama, aku pindah rumah. Yeay! *tabur confetti*.
Kenapa aku seriang ini pindah rumah disaat orang lain mungkin berat hati untuk pindah? Daripada disebut tidak betah di tempat tinggal yang lama, lebih tepat jika disebut aku memang tidak memiliki hati yang tertambat disana. Tidak memiliki sesuatu yang patut kupertahankan untuk tinggal disana. Atau harus kukatakan, rumah lamaku mirip penjara dan hampir menyerupai neraka dunia. Mengapa? Apakah nyaman tinggal dikelilingi orang-orang beraura negatif yang pendengki? Banyak peraturan konyol di tempat tinggal lamaku. Jangan ini, jangan itu. Urgh! Terlalu banyak selisih paham di tempat tinggalku dulu. Telat sedikit pulang, tidak diberi pintu. Itu cukup menyulitkan buat aku yang sering pulang telat karena tugas sekolah atau bimbel. Dan segudang keluhan karena mereka tidak nyaman dengan sikapku yang cuek alih-alih menjilat mereka. Hei, ini abad 21. Saatnya kebebasan. Kasarnya, loe tenang, gue santai. Loe usik, gue bantai. Bukan tipeku untuk mau tahu urusan orang sebagaimana mereka suka ingin tahu urusanku. Dan mereka itu, berat hati kukatakan, adalah keluarga besar tempatku bernaung.
Allah memang menjawab do’a hambanya yang teraniaya. Maka, setelah nyaris 1,5 tahun aku tinggal bersama mereka yang bertanduk, tepat tanggal 24 Desember 2012 kurang lebih pukul 4 sore, rumah tipe 36 yang terletak di salah satu perumahan sederhana di tengah kota Cianjur resmi kami tempati *tiup terompet* meski masih dalam status mengontrak :$. Rasanya, dengan tinggal lepas dari keluarga, kami memiliki kehidupan yang damai. Meski rumahku kini hanya seukuran kamarku di tempat tinggalku dulu, aku tidak bisa tidak untuk merasa bersyukur atas karunia-Nya. Dengan segala keterbatasan yang ada, ternyata senyumku lebih lebar disini. Di tempat tinggalku dulu, percaya atau tidak, aku tidak bisa tersenyum. Tapi disini, aku bisa tertawa =D
Dari kejadian ini, ada dua hal yang kupelajari. Pertama, jangan terlalu mencintai sesuatu. Hidup itu dinamis. Jika seandainya aku terlalu mencintai tempat tinggalku dulu, maka aku tidak bisa move on dengan pengalaman baru. Atau malah jadi tidak mensyukuri rumahku ini. Jangan letakkan hati dimanapun, pada apapun. Cukup hati ini kita pegang, kita bawa sepanjang petualangan hidup kita.
Kedua, jangan tinggal dengan keluarga besar. Itu adalah pelajaran penting di kehidupanku kelak. Banyak konflik yang tidak melulu keluarga harus tahu, yang jika tahu malah menjadi aib kita. Belum lagi biasanya terjadi konflik karena materi. Secara kebebasan pun kita terkekang. Apalagi kalau di keluarga itu berprinsip harus terbuka sementara kita membutuhkan privasi.
That’s life, right? Bumi Allah itu luas. Dan Allah menganjurkan untuk hijrah. Hijrah ke kehidupan yang lebih baik. Hijrah itu memerlukan keberanian, karena selalu ada resiko dari sebuah hijrah. Karena itu, berbahagialah orang-orang yang berani berhijrah.
Kapan-kapan aku bikin episode ribetnya pindahan. Lengkap dengan foto dan pemandangan halaman belakang yang super awesome! 

Yang kedua, aku pindah dari hatimu, sayang. Hoho....tanggal 29 Desember menjadi hari bersejarah. Aku move on dari hatimu setelah 1,5 tahun mendambamu. Bagai punuk merindu bulan. Ya, itu aku untukmu. Sepertinya aku harus melihatmu menelan ludah sendiri, melanggar kata-katamu sendiri, untuk membencimu. Lain di mulut lain di hati kau! Ternyata kau tergoda juga oleh wanita. Cukup tau kamu pengen bikin affair dengan sahabatku sendiri. Cukup tau kalau kamu pengen manasin aku dan menghempaskan aku sekeras-kerasnya. Nyatanya, aku bangkit tanpamu. Kamu bagaikan sampah di hati dan pikiranku. Yang telah kubuang sudah. Tinggal debumu yang tersisa, my lovedust. 

At last, hold your heart tight and bring it move on together!

Konsistensi

                                                  

Postingan pertama. Pertama lagi setelah dari dulu buku-tutup blog. Baru 5 posting, berhenti posting 5 minggu karena ga ada yang baca. Bikin blog baru. Tutup lagi. Sejak SMP bikin blog dan sampai saat ini postingan satu blog belum lebih dari 10 postingan.

Dulu obsesiku jadi orang pertama di kalangan teman-teman yang jadi blogger. Semangat '45 menulis materi buat blog (yang sebentar lagi akan di-repost ke blog ini). Semangat lari ke warnet buat posting. Dan aku tidak menyentuh blog lagi beberapa hari kemudian. Apa masalahnya? Dulu aku beralasan, "Males ke warnet. Ga ada internet dirumah". Alasan itu meluncur setelah euforia sesaat itu hilang. Dan wow, terlihat sekali ketidakkonsistensnya. Ga ada fasilitas adalah alasannya. Padahal dasar akunya aja malas.

Ketidakkonsistenan ini seperti cermin kehidupanku sehari-hari. Bosanan, ga ulet. Andai aku KONSISTEN, mungkin aku sudah akan mengelola satu blog selama 5 tahun dengan ratusan postingan dan menjadi blogger yang dikenal orang.

Buka-tutup blog bikin aku punya banyak blog yang ga keurus. Sudah lupa berapa banyak alamat blog dan postingan yang kubuat. Dulu, masa punya blog adalah masa yang paling membahagiakan. Sama bahagianya dengan punya diary saat aku kecil. Menumpahkan unek-unek yang meluap dari pikiran dan perasaan. Vakum blogging ternyata menyiksa. Joroknya, blog itu kloset-nya unek-unek aku :&

Hari ini, minggu kedua tahun 2012, aku lari ke warnet demi bikin blog dan repost. Sialnya, warnet baru ini tidak memiliki program Microsoft Word. What!! Tapi aku ga mau ga jadi blogging cuma gara-gara ini. Kubuat postingan pertama, untuk menyapamu.

Postingan singkat ini sebagai awal untuk blogging lagi. Semoga tidak ada kata tutup blog kali ini.


Cheers!